Tiga orang bertemu. Salah satu dari mereka telah berusaha sangat keras dengan berpakaian rapi, menyeberangi garis lintang dan bujur, dan tentu saja, mengumpulkan keberanian. Setelah berpikir, ia pun memutuskan untuk meminta bantuan pada orang kedua. Sayang sekali, ia ditolak mentah-mentah bahkan sebelum ia mengutarakannya. Orang pertama itu pun berbalik, berharap di luar sana ada yang dapat membantunya, atau sekadar untuk menerimanya. Di antara kejadian tersebut, duduklah orang ketiga yang mampu memberi bantuan. Namun keegoisan akan harga dirinya yang bahkan belum tentu ia miliki, menahannya memberi bantuan. Hingga orang pertama kembali untuk ketiga kalinya, orang ketiga itu memilih duduk dan melihat semua kejadian, hingga akhirnya orang pertama benar-benar pergi, mungkin masih tersesat sampai saat ini.
Parahnya, di antara semua kejadian itu, akulah yang menjadi orang ketiga.
The Three Men
Three men met. One of them had tried very hard by dressing well, crossed the latitude and longitude, and of course, had built courage. After much thought, he decided to ask for help to the second man. Too bad, he was rebuffed even before he said it. The first man left the second man, still hoped for help out there, or just a willingness to receive him. Among these scenes, sat the third person who was highly able to give him help. But his selfishness upon his dignity which was not even necessarily possessed, assisted him to give help. Until the first man returned for the third time, the third person chose to sit and watched the scenes, until finally the first man truly gone away, maybe still lost to this day.
Worse, between all of the scenes, I became the third person.
Worse, between all of the scenes, I became the third person.